Phenomenal Engineer

Phenomenal Engineer

Si 'Warna-warni' yang Kian Sepi

| Selasa, 20 Desember 2011
Aktifitas sebuah kota, baik di kota besar atau kecil tak lepas dari angkutan kota, biasa dikenal dengan ‘angkot’. Sebuah sarana penunjang mobilitas, sarana perjalanan para penduduknya dalam segala aktifitas. Namun, justru alih-alih mobilitas juga yang kini perlahan menggerus keberadaannya, juga penumpangnya. Mereka yang bermobil seolah terbuai kenyamanan dan dinginnya AC mobil. Mereka yang bersepeda motor juga terbuai dengan kebebasan dan kelihaiannya meliuk-liuk. Namun, diantara keduanya terselip juga sebuah kendaraan, yang mencolok, yang berwarna warni, yang kini kian sepi, ya! Angkot itu sendiri.

Jujur saja gue awalnya termasuk golongan yang tak peduli, dan justru mencaci keberadaannya. Mencaci kelakuan supirnya yang berhenti seketika dan seenaknya. Gue juga sedang terbuai dengan kebebasan dan kelihaian, kelincahan sepeda motor, bahkan kenyamanan mobil.
Namun, pagi tadi ketika ga sengaja gue selip laju angkot yang kian lambat, kian ingin mendapat cacian. Iba muncul dalam diri dimana hanya satu dua gelintir penumpang didalamnya. Sang Kenekpun terlihat memegang duit beberapa ribuan tipis dan belum membentuk tumpukan. Muka sabarnya melebihi muka anak kost yang kehabisan duit di tanggal tua, sabar menunggu penumpang melambaikan tangan di pinggir jalan, sabar duduk di kursi kecilnya dalam kesepian penumpang. Mungkin dia ga tahu mereka para penumpang sedang asyik di mobil barunya, atau motor kreditannya. Iming-iming perusahaan leasing sekarang semakin menggila, dimana-mana terpampang propagandanya. “Hanya dengan 2 juta, bisa bawa pulang mobil atau motor”. Saya takut jika propaganda seperti itu juga dilakukan di instansi pendidikan. “Hanya dengan 2 juta bawa pulang ijazah”. Ribet juga kan jadinya. Seakan kita diajari untuk bisa membeli tetapi kita tak diajari untuk bisa berbagi.

Dibalik semua itu, supir angkot adalah orang yang paling awal berangkat dan paling akhir pulang. Berangkat di pagi buta dan pulang hingga petang menjelang. Bau di dalam angkot pun ikut berputar seperti mengalami siklus, dari bau ikan para penjual ikan, bau parfum labil anak sekolahan sampai bau keringat para penumpang yang lelah bekerja, seperti itu juga sampai besoknya. Ketika sampai di rumah, mungkin saja mereka si supir angkot mendapati anaknya yang sudah tidur, sejak belum bangun sampai tidur kembali. Gue harap Tuhan selalu memberi keberkahan kepada mereka.

Berbeda dengan kendaraan bermotor yang semakin padat, namun rasio perkembangan jalan tak sepadan. Angkot, terutama yang berwarna-warni sepertinya tak mungkin plat nomornya akan berakhiran 3 huruf, seperti mobil dan motor yang semakin menggila keberedaannya di kota-kota besar. Bertambah semakin banyak juga propaganda-propaganda yang menempel pada angkutan umum. Kadang khayalan konyol gue berpikir dan bertanya, berapa harga yang harus dibayar untuk mempropagandakan nama orang tersayang.  Pasti keren namanya terpampang di setiap perjalanan. *meringis*

Ngomongin soal plat nomor, lagi-lagi gue teringat almarhum ‘papah’ gue. Dimana setiap mobil yang beliau gambar pasti diberi plat nomor nama gue – D 1 4 N. Namun gue selalu nambahin huruf Y di tengahnya. Dan dengan senyum bersahajanya ‘papah’ gue selalu menerangkan bahwa ga boleh ada huruf di tengah plat nomor. Dan sekarang perkembangan 3 huruf di belakang plat nomor sangat mendukung impian gue sejak kecil, mobil gue nantinya bisa gue kasih plat nomor D 1 YAN. Keren dan agak mahal sepertinya. Amien saja, semoga.

‘Papah’ gue adalah ahli gambar nomor satu menurut gue. Busnya pun beliau sendiri yang mendisain, dan hasil dari olah software disain di sebuah perusahan karoseri di Ungaran, Semarang, yang sudah jadi ternyata kalah, hanya menang pewarnaan dan terlihat lekukan cirikhas software semacam AUTOcad. Setiap gue melihat gambar rumah atau mobil yang keren, gue pasti meminta ‘papah’ buat ngegambarin. Esoknya waktu dilihat temen-temen di sekolah, sekolah dasar tepatnya, dengan bangga gue bilang itu karya gue dan selalu ngeles tiap didaulat menggambar serupa. Hmmm, kesombongan di masa kecil yang indah.

Kembali soal si ‘warna-warni’, secara teori mereka diciptakan untuk mengatasi kemacetan dan mengakomodir perjalanan penduduk. Mendorong masyarakat untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Karena kembali lagi soal kapasitas, jalan tak seimbang dengan kendaraan. Sudah ada juga kota-kota yang divonis akan mengalami KEMACETAN TOTAL pada beberapa tahun kedepan. Awalnya ketika dalam macet bisa dengerin 1 lagu, sekarang bisa sampai 1 album, gawat lagi kalo bisa 1 DVD, atau 1 memory card 16GB. Mungkinkah? Who knows.

Andai saja mereka yang nyaman menggenggam setir mobil, mengalihkan genggamannya pada gantungan-gantungan bis kota. Mereka yang nyaman dengan gas dan pedal rem beralih mengayuh pedal sepeda dengan bel ‘kring-kring’nya. Untuk perjalanan dalam kota, sepertinya bukan hal yang mustahil dilakukan. Andai juga jika para maling, copet, dan pengamen tak bermoral, bahkan pemerkosa di angkutan umum mengalihkan profesinya, syukur lagi kalau bertaubat lalu mengisi setiap surau dengan pengajian di kampung mereka. Bisa saja lagu yang sampai satu album tersebut, tanpa lanjut ke lagu berikutnya, sebelum melewati reff,kita sudah bisa lepas dari kemacetan. Melewati jalanan penuh pepohonan nan hijau rindang yang bebas banjir ketika hujan lebat. Jalanan yang rapi, jalanan yang ga ada saling serobot ga karuan di dalamnya.

Semoga ini semua bukan sekedar mimpi dan angan belaka ya, semoga.




 Mungkin tempelan propaganda pada angkot mereka bisa mengatasi pusing kepala mereka ketika sepi penumpang, hmmm...

Anak Kecil di Mata Seseorang yang Pernah Kecil

| Minggu, 04 Desember 2011
Malam itu mendekati sekitar pukul 21.00 WIB di median trotoar Jalan Pahlawan, Semarang, ada yang membuyarkan candaan gue bersama teman-teman ketika bermaksud untuk sedikit menghabiskan malam mengisi akhir pekan. Tiba-tiba anak kecil datang dengan riang seolah tanpa beban, sebuah semangat yang pantas ditiru, mereka yang tak pernah lelah bermain dan berlari, tak peduli sesungguhnya betapa bobrok negeri ini.

"Mas ganteng!", ujar dia sambil mengelus dagu gue.
"Berani sekali anak ini", pikir gue dalam hati terkaget.
Rasa ingin tahu gue lebih besar melihat perawakannya yang riang dengan badan cukup gede yang kalau orang Jawa bilang 'ginuk-ginuk'. Gue belum bisa nentuin dia cowok atau cewek soalnya ada anting emas yang menggantung di kedua telinganya yang tertutup helaian rambut lusuh seperti terlihat belum mandi sedari pagi. Gue memutuskan untuk mencari jawaban rasa ingin tahu gue, dan gue malah lupa nanyain siapa namanya. Oke, Sebut saya dede'.

D: "Hayoo kok jam segini belum pulang?"
DD: "Iya ngamen mas", sambil cengengesan.
D: "kamu sekolah ga?"
DD: "Iya sekolah kelas 3"
Gue lihat ada beberapa duit ribuan di genggaman jari2 kecilnya. Segera gue buka dompet gue dan gue ambil juga 5ribuan. Namun, ga seketika gue kasih. Dalam matanya seperti kegirangan dan ingin segera bernyanyi.
D: "kalo sekolah tau pancasila ga? sila pertama apa?"
DD: "mmmmmm.. ", awang-awangnya memikir jauh seperti tak pernah terlintas kata itu.
D: "kalo presiden Indonesia siapa tau ga?"
DD: "mmm gak tau", dengan tawa seolah memang ga mau tau.
Mungkin dengan begitu dia masih punya kebebasan bernyanyi di setiap trotoar yang menjadi tempat bermain terluasnya, ketika gedung-gedung berdiri megah dengan ijin sogokan, menggerus tiap sudut lapangan sepakbola di kampung kecil mereka.

Gue elus kepalanya lalu gue beri duit yang dari tadi udah makin lepek di genggaman. Ada yang bilang memberinya duit itu ga mendidik. Gue ga peduli soalnya lebih baik memberi daripada uda ga memberi, ga mendidik pula. Karena gue menganut paham 'siapa yang menabur pasti akan menuai'. Lalu dia pun pergi tanpa mengucapkan terima kasih. Mungkin ga diajari atau memang hujan sudah mulai turun dan membesar kala itu.

Dalam benak gue pun, hujan membesar, hujan meteor malah, tamparan keras bahwa masih ada anak kecil yang konstruksi kodratnya berubah bukan lagi menjadi anak kecil. Gue, sebagai seseorang yang pernah mengalami masa kecil, masa kecil yang bisa dibilang cukup bahagia, dimana Almarhum 'papah' gue selalu membelikan mainan walaupun dulu gue belum paham untuk hanya meminta sebuah mobil-mobilan. He was the best father I ever had. Mungkin, semua kemampuan gue adalah turunan keahlian dari 'papah' dan dia adalah sosok yang selalu ada dalam hati.

Disisi lain, masih ada juga anak kecil yang harus mencari uang dikala anak kecil yang lain justru sedang asyik bermain Game Console masa kini yang sama sekali ga memperbaiki tingkat kecerdasan mereka. Atau justru anak kecil rumahan yang sudah disuruh ibunya minum susu lalu harus tidur sebelum jam 9 malam. Seorang anak kecil di mata seseorang yang pernah mengalami masa kecil, memang seharusnya merasakan bangku pendidikan dan bermain bersama teman sebayanya serta menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga lalu sedikit belajar ketika senja memang telah menggantikan tugas mentari.

Gue lagi-lagi teringat omong-kosong UUD 1945 pasal 34 yang berbunyi, "Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara". Bukan dipelihara untuk makin Banyak!!!
Mungkin kalau para fakir miskin menyogok mereka sang pembuat Undang-Undang, baru akan terlaksana kenyataannya, seperti para cukong rokok yang dengan leluasa membayar untuk menghapus ataupun melaksanakan Undang-Undang demi kepentingan mereka sendiri. What the fuck you are!

So, Who's to blame??
President?
Teacher?
Parents?
You? Or Me?
Or that half little boy half little girl named “Dede'”??

Kau Melamun, lalu Aku Duduk Disampingmu

| Selasa, 29 November 2011
Pertemuan, entah disengaja atau tidak disengaja, yang direncanakan atau yang biasa saja, bisa membuat insan manusia berbunga-bunga. Terlebih jika yang ditemui adalah orang yang bisa membuat hatinya merasa aneh, riang, dan justru deg-degan. Namun, tak ada yang kebetulan, semoga memang jalan dari-Nya. Sedikit ngarep, karena memang ga dilarang.

Sore tadi, terima kasih untukmu dan tepuk tangan untuk kekonyolan salah tingkahku. Kau begitu mengkonspirasi sususan dalam otakku, membuat apa yang kulakukan berbeda dengan apa yang kupikirkan. Kau membuatku canggung namun tetap merasa ingin terus bersamamu. Waktu terasa begitu cepat, dan kau memabukkanku. Aku seakan tak peduli lalu lalang di depan kita. Yang ingin kuperhatikan hanya senyummu, dan kecerewetanmu ketika sesekali menyanggah argumenku. Kamu tau? Otakku serasa sudah menemukan sesuatu tapi seolah memutar kembali sebanyak putaran bumi untuk dapat mempersembahkannya. Itu semua gara-gara senyummu. Ah, aku memang tak ahli soal ini.

Cinta adalah konspirasi dan koalisi otak manusia, namun kelanjutannya adalah kuasa-Nya. Dan aku selalu berdoa untuk itu, untukmu, untukku, dan untuk kita.

Ternyata ini tulisan pertama yang sedikit menyangkut perasaan cinta penulisnya. Tersangkut juga kebingungan untuk memberi label apa di tulisan ini. Entahlah, yang penting ini murni dari hati.

AMDAL, Semoga Bukan Hanya Kajian yang Ditinggal

| Rabu, 16 November 2011
Kemarin, Selasa 15 November 2011 bisa gue tetapin sebagai hari mengarang bebas se-UTS Fakultas Teknik Unissula 2011. Salah gue sih memang, hanya berbekal informasi soal ujian tahun kemarin yang menunjukkan orientasi “Open Book” dengan mudahnya gue mengambil kesimpulan bahwa ujian kali ini juga bakal menggunakan orientasi yang sama. Alhasil, cari materi pun hanya  J-1, ya 1 jam sebelum ujian dimulai.

Gue menyadari bahwa imajinasi merupakan dasar atau latar belakang dari wujud nyata. Seperti halnya penemuan adalah hasil nyata dari pemikiran. Namun, gue belum sehebat itu, dompet atau hp yang nyelesep entah dimana aja kadang masih sulit gue temuin, solusinya biasanya perlu di missed call dulu. Tanda bahwa bersuara itu akan lebih didengar daripada hanya diam. YA IYALAH!

Seperti halnya kota dan segala bentuk tata ruangnya, apa yang tampak di kota beserta tata ruangnya, beserta baliho-balihonya, yang kadang hanya foto politikus, adalah gambaran dari pelaksana pemerintahannya.

Ketika bencana sering melanda maka tandanya bahwa tidak ada keselarasan antara kemajuan pembangunan dan aspek kelestarian lingkungan. Lalu, apa pembangunan ga boleh berjalan? Boleh.. asal...
Yak hal ini yang membuat gue ingin mempelajari lebih lanjut materi kuliah gue yang notabene justru setelah ujian. Semoga ga dibilang mahasiswa yang aneh.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau AMDAL adalah sebuah kajian yang seharusnya menselaraskan antara pembangunan dan lingkungan, terutama yang erat kaitannya dengan makhluk hidup, malah justru dijadikan sebuah formalitas bukan prioritas.
Teringat kata seorang dosen, “yang penting kamu tahu dulu, walaupun soal pelaksanaannya, entah. Kamu yang harusnya memulai perubahan”.

Ternyata benar kan, di luar sana, di era pembangunan, justru terjadi benturan, bukan keselarasan antara pembangunan proyek dan kepentingan melestarikan kualitas lingkungan. Semua bercampur aduk ketika soal uang, Undang-Undang ditinggalkan. Terlebih lagi banyak kawasan lindung dijadikan kawasan budidaya, dan kawasan budidaya makin padat. Alhasil terjadilah impact yang imbasnya juga pada kerugian.

 Kok bisa gini? Kemana air bakal mengalir?

 Anak-anakpun merenungi imbas negatifnya. Mau sampai kapan?

Kita, Justru Terasing di Pantai Kita Sendiri

| Senin, 14 November 2011
INDONESIA. Terkenal dengan keindahan laut dan pantainya. Ya pantainya, kenapa bukan laut yang gue garis bawahi? karena garis bawah ga cukup buat laut, disamping luas laut juga dalam. Ga seperti dalamnya hati yang setiap pacar (mungkin) bisa tau.

Kita tahu bahwa semakin luas laut, maka semakin panjang juga garis pantainya. Dan Itu milik Indonesia. Garis pantai yang menjadi perisai tiap pulau dengan keindahan dan kemilau biru putih perbatasan air dan daratan seperti terlihat di Google Maps. Berapa luasnya? Yang jelas sangat luas, gue lagi enggan cari-cari di google karena ini keluar murni dari otak gue dan apapun hasilnya yang keluar, gue tulis. Karena disini gue ingin bahas pemanfaatannya, bukan luasnya. (ngeles, lagi ga konek pake internet soalnya)

*gue semakin berapi-api menulis ini, karena di sisi lain ada pemain Thailand yang dihadiahi kartu merah, maklum lagi nonton bola* Dan gue yakin Indonesia menang.

Di sebagian besar pantai yang gue datangi justru malah bukan warga Indonesia sendiri yang mendapat prioritas. Gue ga lupa ambil foto-foto dan justru ada kisah ironi dibalik foto yang terjepret itu. Untuk jelasnya lihat dibawah ini.


Pantai Bandengan, Jepara – Jawa Tengah

Kesan orang yang pertama lihat memang keren sih, siapa dulu modelnya. Tuh bule juga senyum-senyum aja deket gue. Untung ga gue tembak, takut ga dibolehin pulang. Pada pengen kan?
Eits, apa yang ada dalam foto ga menjelaskan sepenuhnya apa yang terjadi pada kenyataan. Tau ga abis foto ma tuh bule eh gue malah diusir sama satpam resort. Bukannya kita diusir bareng-bareng kek biar tuh bule bisa gue bawa lari.

Aneh kan? Sebagai WNI yang telah membayar kontribusi menikmati pantai malah diusir tak terhormat.
Jadi, pantai itu buat siapa? Resort? Bule?


 Masih di Bandengan, Jepara – Jawa Tengah
(lain waktu dan kesempatan)

Menyenangkan sih memang, tapi dibalik semua itu kita menambah devisa negara dan pendapatan per-kapita atau justru mempertebal kantong swasta? Dan itu swasta asing. Lagi-lagi dijajah.
Baru sadar ketika ya itu tadi diusir satpam resort.


*iklaaaan.. GOOOOOOLLL... INDONESIA* Bener kan insting gue tadi.

Kembali ke pantai, kali ini pantai lokal atau pantai sekitar, sekitar tempat tinggal tepatnya.


 
Pantai Sigandu, Batang – Jawa Tengah

Disini gue bisa masang tampang sok-sokan karena di wilayah sendiri. Disisi pojokan, belakang, atau samping gue mungkin juga ada orang-orang dengan tingkat kealay-an sedang, lagi pose dengan tampang-tampang serupa. Perhatian! Pose ini jangan dilakukan bagi yang kurang ganteng, soalnya justru bisa bikin emosi orang yang liat. Sukur-sukur kalo cuma dilempar kamera sama yang motoin, nha kalo diambilin duyung dari laut orang se-pantai buat nglempar lo? Bisa puyeng kan.

Eh, tapi tau ga? Tempat dimana gue pose sekarang ini udah jadi lautan. Ya terkena Abrasi, air laut yang menjorok ke daratan. Bisa berbagai faktor. Gue ga mau nerangin satu-satu, soalnya perlu buka buku Rekayasa Lingkungan gue ketika semester 5, dan itu masih ditumpukan.
Keliatan jelas kan beda pantai lokal dan pantai kebarat-baratan?

Dunia Ini Bulat, Bulat yang Terkotak-kotak

| Minggu, 06 November 2011

Tahun ini, tahun 2011, tahun dimana segala sesuatu sedang gencar berkembang, apapun itu. Tahun yang juga dikatakan banyak tanggal cantiknya, dimana semua berburu sebuah event sakral agar mendapat keindahan anniversary, juga yang hanya ingin jadian sama gebetan gara-gara tanggal-tanggal tersebut.

Tercipta pula berbagai jargon-jargon aneh yang mendiskriminasikan suatu kelompok tertentu dan sebaliknya, mendewadewakan suatu lawan kelompok tersebut.  Hampir semua ada, seperti stereotype yang menempel pada sebagian orang ketika orang tersebut melakukan hal yang dianggap tabu, agar layak untuk diperbincangkan. Kok jadi Silet? 

Yak Contohnya ALAY, slogan yang lagi hips yang menerangkan bahwa yang mengidap ini adalah orang yang berperilaku ga seperti orang normal dan berlebih-lebihan. What’s wrong dude? Bukankah semua orang punya freak side tersembunyi.  Coba bandingkan orang-orang yang mengkotak2kan seseorang dengan sebutan ALAY sedangkan dia sebisa mungkin ga berbuat alay dan dia ga menjadi diri sendiri. Bukankah itu lebih MENYEDIHKAN?

Tak hanya itu, masih banyak pengkotakkan2an yg entah apa tujuannya. Seperti “kalo lagumu ini, berarti kamu blablabla”, atau “kalo selera fashion mu blablabla, berarti kamu ini”. Pertanyaannya “terus kenapa kalau seleraku seperti itu?” “kamu memfasilitasi?”

Lalu ada lagi banyak anak muda bodoh RASIS di komunitas memalukan ini. Apa dia nggak tahu kalau Tuhan menciptakan manusia sama mulia, sama rentan binasa?

Dunia ini bulat, tapi kenapa penuh dengan pengkotakkan?

Coba lihat dari atas indahnya dunia, dan disitu terdapat berjuta bahkan bermilyar perbedaan. Dimana setiap orang mempunyai keunikan dan cara pandang berbeda.
Banyak orang harus belajar, termasuk belajar dari perbedaan untuk menciptakan persatuan.

MARI HARGAI PERBEDAAN.


| Sabtu, 05 November 2011

What you watch are not real!

Pintar-pintarlah menyerap tayangan televisi.
Hal ini dapat mengubah nurani, cara berpikir, dan tingkah laku manusia.
|
Senin, 3 oktober 2011. 04.30 WIB
Pagi yang cerah di awal bulan Oktober namun sedikit mendung, mendung karena belum tidur semalaman itambah mendung membayangkan bagaimana nantinya jika saya bakal di Rias. Ya! di Rias. Namun semua tak sekejam yang dibayangkan. Wajah yang dasarnya ganteng masih tetap ganteng. #dilemparpenonton #eh pembaca

Ya, dengan alasan didaulat oleh kedinasan untuk menyambut tamu penting yaitu istri orang nomor satu di Indonesia dalam acara Peringatan Hari Batik Nasional bertajuk "Batik, Seribu Tahun Lagi". Tamu itu tak lain dan tak bukan Ibu Hj. Ani Yudhoyono beserta jajaran dan tamu penting lainnnya.

Tiba dilokasi dengan pengamanan sangat ketat dan hening. Menurut saya seperti panitia menyiapkan acara Hari Kemerdekaan. Hikmat dan Malu. Malu karena pertama kalinya berjalan dengan bangga bagaikan para model di panggung catwalk. Ah.. Rasanya waktu bergerak lambat kala itu.

Mendapat berita bahwa Ibu Negara bersama rombongan, kami para penyambut mulai bersiap menempatkan diri di pintu gerbang yang dilengkapi metal detector dan sepanjang jalan digelar karpet merah bak jalur selebriti ketika menerima award di hollywood. Panas tak menyulutkan niat kami karena sungguh suatu kebanggaan untuk menyambut istri orang nomor satu di negeri ini walaupun berbagai isu politik negatif gencar beredar menenggelamkan partai berlambang segitiga dengan berwarna dasar biru tua itu. Sementara, hal itu lepas dari benak saya. "Ini hanya tujuan apresiasi dude, tetap dengan jalani dengan tanggung jawab dan professional", pikir saya positif dalam hati.

Dengan harap-harap cemas namun tetap tegar setia menunggu, padahal dalam hati memikirkan segarnya es teh ketika langsung di tenggak di hari sepanas itu. TULITTULITTULIT. Sontak suara sirene mobil penetral jalan membuyarkan pemikiran anehku. Tanda bahwa Ibu Negara dan rombongan akan segera datang. Beberapa unit bus berlabel executive class terlihat beriringan dan para istri menteri dengan berlambai-lambai sembari memasang senyum paling manis di bibir mereka, semoga bukan senyum palsu.

Di deretan terakhir mulai terlihat sedan mewah berlambang lingkaran dengan garis saling terhubung cirikhas mobil eropa berplat nomor RI 1. Keluarlah sosok yang dinanti, dengan penuh wibawa Ibu Presiden berjalan dan menyalami penuh keramahan para penyambut. Termasuk saya, hanya berjarak sekitar 20inch dari senyum wibawanya. FYI, senyum dengan gigi tak terlihat namun sangat menunjukkan arti senyum itu sendiri, sangat sulit ditiru.

Blablabla..... berlangsung beberapa sambutan dan diskusi yang entah berujung solusi atau tidak.
Akhirnya tiba waktunya untuk menikmati galeri yang sudah dipamerkan dan tidak gratis tentunya. Pemandangan yang ironis sekaligus paradoks. Mencengangkan yang menyedihkan tetapi sekaligus menguntungkan.
Para istri-istri pejabat tak memandang seberapa mahalnya kain batik yang mereka belanjakan, bertebaran uang merah bergambar presiden Soekarno dalam tiap-tiap transaksinya.
Ironis, diluar sana masih banyak fakir miskin dan anak terlantar yang kelaparan, bahkan masih meminta di pinggir jalan dan perempatan lampu merah, mereka malah dengan mudahnya mengeluarkan sesuatu hanya demi sekedar GENGSI. What the f! with that!

Diluar semua itu, BATIK tetap harus hidup seribu tahun lagi! dan berharap tanpa ada asimilasi tangan-tangan dan pemikiran negatif didalamnya.
lalu KORUPSI? Harus MUSNAH saat ini juga.

"Aku ingin melihat batik Indonesia hidup sampai seribu tahun lagi" 
- Ibu Any Yudhoyono

Semoga bukan hanya tulisan tapi juga pelaksanaan nyata. Oleh semua pihak dan lapisan masyarakat.
HIDUP BATIK INDONESIA!

Media!

| Rabu, 05 Oktober 2011


JANGAN SEPENUHNYA PERCAYA PADA MEDIA. YAKINKAN HATI DAN NURANI!

Kopi dan Televisi

| Kamis, 22 September 2011


Sore yang sedikit bersinar mengundang niat hati untuk menikmati dengan segelas kopi di ruang sempit 3x3. Sebuah kenyamanan yang lengkap jika menikmati sajian sore melalui kotak kubus bergambar gerak dan bersuara.

Kenyataan yang tak sejalan dengan harapan, justru terdapat berita memilukan yang seolah tak pernah henti berkonspirasi, mengasimilasi benang merah kebobrokan satu dan lainnya.
Kita masih terngiang-ngiang tentang kenorakkan seseorang yang tak mampu menahan seonggok birahi. Timbul lagi masalah gejolak Pemuda yang berkedok mempertahankan harga diri seolah-olah yang menang adalah yang terkuat. Namun ironisnya mereka belum tentu benar.

Sedapnya nikmat kopi yang seolah menjadi Asam, Asam karena berita-berita kebobrokan yang seolah tanpa henti.

Kemana semangat positif generasi penerus bangsa?
Kemana janji sumpah pemuda?
jangan hanya menjadi sampah dan pengangguran sopan berkedok 'Pelajar' yang mendapat gaji dari jerih keringat mereka yang ingin membahagiakanmu.

"PLANET BUMI ADALAH PANGGUNG KITA TERMEGAH, MAKA LAKUKAN PERTUNJUKAN TERBAIK" 
- Rocket Rockers -

Di Belakang Belum Tentu Bukan Pemenang!

| Minggu, 18 September 2011

kadang sebuah pelajaran bisa kita dapat dari sebuah game, sesuatu yang notabene hanya untuk kesenangan.
namun dengan berpikir bijak dan cermat kita bisa mengambil 'sesuatu' dari sesuatu tersebut.

"di belakang belum tentu bukan pemenang, kita justru punya kesempatan dan kekuatan mengamati lawan di depan. ketika lengah kita bisa langsung mengambil celah dan mengaktifkan 'turbo' untuk jauh ke depan melampaui mereka"

Mengapa dalam Men-Design Bangunan Harus Memperhitungkan Gaya dan Beban Gempa?

| Rabu, 22 Juni 2011
Pendapat berbagai mahasiswa :
  • Karena suatu bangunan dapat dikatakan memenuhi standar keamanan bagi manusia apabila bangunan tersebut sudah teruji daya tahannya terhadap berbagai macam gangguan dan ancaman baik yang berupa bencana (gempa, tsunami, banjir, dll.) maupun efek alami seperti korosi, pengapuran dan lain sebagainya. Oleh karena itulah kita harus memperhitungkan gaya gempa untuk membangun suatu bangunan supaya kita dapat mengetahui daya tahan bangunan kita. 
  • karena dengan memperhitungkan efek gempa maka saat membangun suatu bangunan kita bakal bikin bangunan yang mampu bertahan meski terkena gempa. degan begitu penghuni bangunan bisa lebih tenang saat gempa datang.
  • sebagai orang awam, setidaknya perencanaan seperti itu penting.. dmanapun kita pasti membutuhkan yang namanya persiapan, antisipasi dan syukur-syukur pencegahan. dalam hal ini tentu saja perhitungan atas gaya gempa sangat perlu paling tidak sebagai antisipasi awal jikalau suatu saat terjadi gempa. setidaknya ketika pada saat pembangunan sudah diperhitungkan dan bangunan yang dibuat sudah disesuaikan maka ketika terjadi gempa tidak mengakibatkan kerusakan yang parah atau sampai menelan korban. nah inilah (mungkin) tugas dari teman2 seperti mbak uning inilah yang menjadi pemikir bagaimana menjadikan bangunan bisa tahan gempa. tapi lebih lanjut, manusia hanya bisa berusaha dan Tuhanlah yang menentukan.



    Teori yang menjelaskan GEMPA itu sendiri :



    Apa itu Gempa??
    Gempa yaitu pergeseran lempengan batuan bumi yang mengakibatkan tanah diatas nya bergerak sedemikian rupa sehingga dapat menggerakan semua bangunan yang ada di atasnya. 


Penyelesaian SOAL Tugas Ujian Akhir dan Surat Puas Mata Kuliah Analisa Dinamik Struktur

|

Perhitungan 3D menggunakan SAP 2000



Setelah pada posting sebelumnya pengerjaan Analisa Dinamik Struktur dihitung secara 2 dimensi menggunakan program Modal 2. maka pada posting kali ini saya melakukan perhitungan dengan menggunakan Program SAP 2000..

Pada Posting kali ini saya hanya menampilkan Deformasi akibat Beban mati dan akibat Beban hidup. untuk penambahan beban Gempa akan ditampilkan pada posting berikutnya


Moment 2-2

Moment 3-3

Demikian proses perhitungan menggunakan Program Modal2, semoga dapat bermanfaat bagi rekan-rekan sekalian. Dan jangan lupa tolong tinggalkan comment yang bersifat membangun
Terima Kasih.

Penyelesaian Tugas ADS Part 2 dengan Shear Wall

Perhitungan Beban di tiap lantai (w) :




Perhitungan Kekakuan di tiap lantai (k) :
Kemudian input file berekstensi *.DAT adalah sebagai berikut :
Struktur 15 tingkat
4  0  981  0.05   1   15   3  0.05
1   304020  79480320000   400
2   304020  79480320000   800
3   304020  79480320000  1200
4   304020  79480320000  1600
5   304020  79480320000  2000
6   135120      388800000  2400
7   135120      388800000  2800
8   135120      388800000  3200
9   135120      388800000  3600
10 135120      388800000  4000
11 135120      388800000  4400
12 135120      388800000  4800
13 135120      388800000  5200
14 135120      388800000  5600
15 135120      388800000  6000

Lalu setelah dihitung dengan program Modal2 didapat output sebagai berikut :
< ANALISIS SUPERPOSISI MODAL SPEKTRUM RESPONS 2 DIMENSI >

FILE : TDSW.DAT
Struktur 15 tingkat

Earthquake Zone   : 4
Soil Type         : Soft
Number of Floor   : 15
Number of Eigen   : 3
Gravity Acceler.  :  981.00
Maximum Accel.(g) :  0.0500
Important Factor  :  1.00


Response Spectrum (Sa) :
Time  Period       Frequency    Spectral Acceleration
  (second)          (rads)                (g)       
-----------------------------------------------------
  0.00000000       ------         0.05000000
  1.00000000        6.283185      0.05000000
  2.00000000        3.141593      0.02500000
  5.00000000        1.256637      0.02500000
100.00000000        0.062832      0.02500000

Mass Matrix (Mr) :
 3.0990825688E+0002  3.0990825688E+0002  3.0990825688E+0002  3.0990825688E+0002  3.0990825688E+0002
 1.3773700306E+0002  1.3773700306E+0002  1.3773700306E+0002  1.3773700306E+0002  1.3773700306E+0002
 1.3773700306E+0002  1.3773700306E+0002  1.3773700306E+0002  1.3773700306E+0002  1.3773700306E+0002



Stiffness matrix (Kr) :
 1.5896064000E+0011 -7.9480320000E+0010  0.0000000000E+0000  1.5896064000E+0011 -7.9480320000E+0010
 0.0000000000E+0000  1.5896064000E+0011 -7.9480320000E+0010  0.0000000000E+0000  1.5896064000E+0011
-7.9480320000E+0010  0.0000000000E+0000  7.9869120000E+0010 -3.8880000000E+0008  0.0000000000E+0000
 7.7760000000E+0008 -3.8880000000E+0008  0.0000000000E+0000  7.7760000000E+0008 -3.8880000000E+0008
 0.0000000000E+0000  7.7760000000E+0008 -3.8880000000E+0008  0.0000000000E+0000  7.7760000000E+0008
-3.8880000000E+0008  0.0000000000E+0000  7.7760000000E+0008 -3.8880000000E+0008  0.0000000000E+0000
 7.7760000000E+0008 -3.8880000000E+0008  0.0000000000E+0000  7.7760000000E+0008 -3.8880000000E+0008
 0.0000000000E+0000  7.7760000000E+0008 -3.8880000000E+0008  0.0000000000E+0000  7.7760000000E+0008
-3.8880000000E+0008  3.8880000000E+0008


------------------------------------------------------------------------
Mode       Eigenvalue             Omega (rad)           Time  Period          Spectral Acc.
------------------------------------------------------------------------
  1   6.2764213E+0004  2.5052787E+0002  2.5079786E-0002  5.0000000E-0002
  2   5.5656244E+0005  7.4603113E+0002  8.4221490E-0003  5.0000000E-0002
  3   1.5006242E+0006  1.2249997E+0003  5.1291323E-0003  5.0000000E-0002

Eigenvectors - normalized
             Phi-  1             Phi-  2             Phi-  3
 -2.7110729932E-0005 -8.1099622104E-0005  1.3411973209E-0004
 -5.4214825079E-0005 -1.6202324680E-0004  2.6745470183E-0004
 -8.1305652280E-0005 -2.4259525863E-0004  3.9922473869E-0004
 -1.0837658162E-0004 -3.2264080516E-0004  5.2865882886E-0004
 -1.3542098806E-0004 -4.0198617649E-0004  6.5499962667E-0004
 -5.6571904946E-0003 -1.6443806143E-0002  2.5698712714E-0002
 -1.1053172565E-0002 -2.9243420026E-0002  3.7080633385E-0002
 -1.6203387724E-0002 -3.6277142881E-0002  2.8749974613E-0002
 -2.0993321115E-0002 -3.6158143774E-0002  5.1354302434E-0003
 -2.5316468734E-0002 -2.8909885620E-0002 -2.1209180131E-0002
 -2.9076705541E-0002 -1.5961499027E-0002 -3.6278695932E-0002
 -3.2190422802E-0002  1.3399771678E-0004 -3.2061953372E-0002
 -3.4588387119E-0002  1.6203074287E-0002 -1.0800631331E-0002
 -3.6217279840E-0002  2.9077409594E-0002  1.6202456255E-0002
 -3.7040882589E-0002  3.6218585955E-0002  3.4592093181E-0002

----------------------------------------------------------------------------------
Mode  Acceleration  Modal-forces-(P)  Modal-displc-(Z)  Modal-Participat  Percent
----------------------------------------------------------------------------------
  1       49.05000        1683.94437           0.02683         -34.33118                40.27 %
  2       49.05000         568.07222           0.00102         -11.58149                   4.58 %
  3       49.05000        -348.43306          -0.00023           7.10363                   1.72 %
----------------------------------------------------------------------------------
                                                                                                       Jumlah =  46.58 %


Relative displacement U
            Mode-  1                         Mode-  2                    Mode-  3
 -7.2737247556E-0007 -8.2776772569E-0008 -3.1141540589E-0008
 -1.4545669419E-0006 -1.6537390808E-0007 -6.2100865570E-0008
 -2.1814054334E-0006 -2.4761215933E-0007 -9.2696825518E-0008
 -2.9077100714E-0006 -3.2931305791E-0007 -1.2275039713E-0007
 -3.6333031082E-0006 -4.1029930157E-0007 -1.5208573073E-0007
 -1.5178066637E-0004 -1.6783866138E-0005 -5.9670377549E-0006
 -2.9655319174E-0004 -2.9848177659E-0005 -8.6098296770E-0006
 -4.3473186710E-0004 -3.7027358794E-0005 -6.6755166253E-0006
 -5.6324429436E-0004 -3.6905898770E-0005 -1.1924062692E-0006
 -6.7923300412E-0004 -2.9507745719E-0005  4.9246038120E-0006
 -7.8011899141E-0004 -1.6291584850E-0005  8.4236261457E-0006
 -8.6365905978E-0004  1.3676880654E-0007  7.4445318877E-0006
 -9.2799569868E-0004  1.6538155917E-0005  2.5078211367E-0006
 -9.7169838516E-0004  2.9678734110E-0005 -3.7620821430E-0006
 -9.9379539149E-0004  3.6967590903E-0005 -8.0320103319E-0006


Equivalent forces F at CM

            Mode-  1            Mode-  2            Mode-  3
 -1.4148229590E+0001 -1.4277610562E+0001 -1.4482554805E+0001
 -2.8292996696E+0001 -2.8524236733E+0001 -2.8880369181E+0001
 -4.2430839682E+0001 -4.2708961362E+0001 -4.3109198532E+0001
 -5.6558298607E+0001 -5.6801001634E+0001 -5.7085787028E+0001
 -7.0671916070E+0001 -7.0769775869E+0001 -7.0728354755E+0001
 -1.3121369724E+0003 -1.2866384670E+0003 -1.2333358477E+0003
 -2.5636888839E+0003 -2.2881386939E+0003 -1.7795784138E+0003
 -3.7582372616E+0003 -2.8384892826E+0003 -1.3797723919E+0003
 -4.8692213631E+0003 -2.8291782491E+0003 -2.4646021313E+0002
 -5.8719384954E+0003 -2.2620414392E+0003  1.0178736362E+0003
 -6.7440932775E+0003 -1.2489005562E+0003  1.7410917309E+0003
 -7.4662933776E+0003  1.0484593147E+0001  1.5387212924E+0003
 -8.0224807015E+0003  1.2678025075E+0003  5.1834525513E+0002
 -8.4002884430E+0003  2.2751492798E+0003 -7.7759031523E+0002
 -8.5913160600E+0003  2.8339075214E+0003 -1.6601480799E+0003


Base Shear for each mode
Mode          Base shear
  1        -57811.797118
  2         -6579.124373
  3         -2475.139611
------------------------
CQC :       58296.688691


Complete Quadratic Combination (CQC) of  3 Modes
Shear coeff = storey shear / cum. storey weight
Floor      Rel.Displacement               Eqv.Lateral Forces              Storey Shear           Shear Coeff
   1     7.3347325085E-0007    2.5155015642E+0001    5.8296688689E+0004       0.020303
   2     1.4667391807E-0006    5.0239045142E+0001    5.8280212296E+0004       0.022701
   3     2.1995907406E-0006    7.5181658439E+0001    5.8247289375E+0004       0.025736
   4     2.9318214236E-0006    9.9913534287E+0001    5.8197979297E+0004       0.029704
   5     3.6632255293E-0006    1.2436700633E+0002    5.8132370206E+0004       0.035121
   6     1.5297024493E-0004    2.2463663643E+0003    5.8050577957E+0004       0.042962
   7     2.9842307546E-0004    3.9212998985E+0003    5.6564663552E+0004       0.054016
   8     4.3663579823E-0004    4.9539038865E+0003    5.3816589014E+0004       0.072416
   9     5.6470048023E-0004    5.6579621617E+0003    5.0005724830E+0004       0.113872
  10     6.8006485054E-0004    6.3723343649E+0003    4.5231683995E+0004       0.334752
  11     7.8041440083E-0004    7.0686593422E+0003    3.9552909502E+0004      -0.234179
  12     8.6367229474E-0004    7.6195735988E+0003    3.3061721111E+0004      -0.069910
  13     9.2803364288E-0004    8.1321331181E+0003    2.5831846838E+0004      -0.033248
  14     9.7196916313E-0004    8.7175317580E+0003    1.7857668366E+0004      -0.016520
  15     9.9428130878E-0004    9.1650415915E+0003    9.1650415915E+0003      -0.006617


BASE SHEAR FROM CQC FOR EACH MODE

  BS = Base shear         =       58296.688691
  TW = Total weight       =     2871300.000000
  TM = Total Floor Mass   =        2926.911315
  Cd = Design shear coeff =           0.050000

  Dynamic  Base Shear
------------------------  =           0.406065
   Static Base Shear


BASE SHEAR FROM EQUIVALENT LATERAL FORCES

  BS = Base shear         =       64229.662344
  TW = Total weight       =     2871300.000000
  TM = Total Floor Mass   =        2926.911315
  Cd = Design shear coeff =           0.050000

  Dynamic  Base Shear
------------------------  =           0.447391
   Static Base Shear

Dari hasil output program Modal2 maka didapat penyelesaian sebagai berikut :
1. Periode Getar Alami ( Time  Period)
    Mode 1   T1 = 0,0251 detik
    Mode 2   T2 = 0,0084 detik
    Mode 3   T3 = 0,0051 detik

2. Pola ragam Getar (Relative displacement U)


3. Distribusi Gaya Geser Gempa (Storey Shear)

 4. Distribusi Beban Gempa ( Eqv.Lateral Forces)

Demikian proses perhitungan menggunakan Program Modal2 dari saya, semoga dapat bermanfaat bagi rekan-rekan sekalian. Dan jangan lupa tolong tinggalkan comment yang bersifat membangun
Terima Kasih..


SOAL Tugas Ujian Akhir dan Surat Puas Mata Kuliah Analisa Dinamik Struktur

|

Diketahui suatu persoalan adalah sebagai berikut :

Ukuran kolom                              = 80cm x 80cm (0.8m x 0.8m)
Tebal Shear Wall                         = 30cm (0.3m)

Jarak Kolom arah Vertikal           = 500 cm (5m)
Ukuran Balok arah Vertikal         = 30cm x 60cm (0.3m x 0.6m)

Jarak Kolom arah Horisontal       = 600 cm (6m)
Ukuran Balok arah Horisontal      = 40cm x 80cm (0.4m x 0.8m)


Ukuran kolom                               = 60cm x 60cm (0.6m x 0.6m)
Tebal Shear Wall                          = -

Jarak Kolom arah Vertikal           = 500 cm (5m)
Ukuran Balok arah Vertikal          = 30cm x 60cm (0.3m x 0.6m)

Jarak Kolom arah Horisontal       = 600 cm (6m)
Ukuran Balok arah Horisontal      = 40cm x 80cm (0.4m x 0.8m)


Tinggi Lantai                                     = 400cm (4m)
Jarak Antar Kolom                           = 600cm (6m)


Tinggi Lantai                                  = 400cm (4m)
Jarak Antar Kolom                        = 500cm (5m)
Beban Hidup                                 = 250 kg/m2 x 30%
Tebal Plat                                      = 12cm (0.12m)
Beban Finishing Lantai                   = 200 kg/m2



Ditanyakan :
Analisis 2 dimensi (menggunakan program Modal 2)
1. Waktu getar alami
    > Tanpa shear wall
    > Dengan Shear wall
2. Pola ragam getar
3. Distribusi beban gempa
4. Distribusi gaya gesar
    > Dengan cara Statik ekuivalen
    > Dengan cara Respon spertrum

Analisis 3 dimensi (menggunakan program SAP 200 / ETABS)
1. Waktu getar alami
2. Pola ragam getar
3. Distribusi beban gempa
 

Copyright © 2010 WAKE UP AND SEE