Pendapat berbagai mahasiswa :
- Karena suatu bangunan dapat dikatakan memenuhi standar keamanan bagi manusia apabila bangunan tersebut sudah teruji daya tahannya terhadap berbagai macam gangguan dan ancaman baik yang berupa bencana (gempa, tsunami, banjir, dll.) maupun efek alami seperti korosi, pengapuran dan lain sebagainya. Oleh karena itulah kita harus memperhitungkan gaya gempa untuk membangun suatu bangunan supaya kita dapat mengetahui daya tahan bangunan kita.
- karena dengan memperhitungkan efek gempa maka saat membangun suatu bangunan kita bakal bikin bangunan yang mampu bertahan meski terkena gempa. degan begitu penghuni bangunan bisa lebih tenang saat gempa datang.
- sebagai orang awam, setidaknya perencanaan seperti itu penting.. dmanapun kita pasti membutuhkan yang namanya persiapan, antisipasi dan syukur-syukur pencegahan. dalam hal ini tentu saja perhitungan atas gaya gempa sangat perlu paling tidak sebagai antisipasi awal jikalau suatu saat terjadi gempa. setidaknya ketika pada saat pembangunan sudah diperhitungkan dan bangunan yang dibuat sudah disesuaikan maka ketika terjadi gempa tidak mengakibatkan kerusakan yang parah atau sampai menelan korban. nah inilah (mungkin) tugas dari teman2 seperti mbak uning inilah yang menjadi pemikir bagaimana menjadikan bangunan bisa tahan gempa. tapi lebih lanjut, manusia hanya bisa berusaha dan Tuhanlah yang menentukan.
Teori yang menjelaskan GEMPA itu sendiri :
Apa itu Gempa??
Gempa yaitu pergeseran lempengan batuan bumi yang mengakibatkan tanah diatas nya bergerak sedemikian rupa sehingga dapat menggerakan semua bangunan yang ada di atasnya.
Sedangkan sistem kerja gedung/bangunan tahan gempa apakah bangunan tersebut d katakan tahan gempa karena mampu menahan beban gempa dengan memperkuat strukturnya yaitu dengan cara shearwall atau dengan cara lain agar meminimalisir gempa yaitu dengan penggunaan damper. Alat ini biasanya digunakan pada bangunan bertingkat tinggi atau jembatan.
Tujuan dari damper ini adalah untuk mengurangi goyangan suatu gedung/bangunan akibat gempa ataupun angin. Penggunaan damper ini sudah digunakan di Jepang, seperti pada kejadian gempa di Jepang beberapa waktu lalu.
Besar kecilnya Kerusakan komponen struktur dan non-struktur akibat gerakan tanah tidak hanya tergantung kepada karakteristik gempa saja. Berikut ini diberikan beberapa faktor utama yang mempengaruhi kerusakan bangunan akibat gempa :
1. Karakteristik gempa yang terjadi Percepatan puncak muka tanah Durasi gempa Frekwensi gempa Panjang patahan
2. Karakteristik lokasi dimana bangunan akan didirikan Jarak bangunan ke pusat gempa Struktur geologi antara bangunan ke pusat gempa Jenis lapisan tanah dilokasi bangunan Waktur getar alami tanah dilokasi bangunan
3. Karakteristik struktur Waktu getar alami dari struktur bangunan Redaman(damping) dari struktur bangunan Persyaratan dan konsep detailing yang direncanakan.
Faktor utama satu (1) dan dua (2) diatas merupakan kejadian alam yang harus diperhitungkan pengaruhnya terhadap bangunan yang direncanakan, tetapi faktor yang ketiga (3) merupakan properties dinamis dari bangunan yang dapat dirubah atau direkayasa sedemikian rupa agar pengaruh gempa terhadap bangunan yang direncanakan dapat diminimalisir. Jadi adalah suatu hal yang sulit untuk menghindari kerusakan bangunan akibat gempa, bila digunakan perencanaan konvensional,karena hanya bergantung kepada kekuatan komponen struktur itu sendiri, serta perilaku respon pasca elastisnya. Berikut ini diberikan beberapa contoh bangunan yang mengalami kerusakan akibat gempa tektonik padang yang terjadi pada tanggal 30 September 2009 yang lalu dengan magnitude 7,6 skala Richter. Besar kecilnya kerusakan bangunan di kota ini terutama disebabkan faktor karakteristik struktur yang berkaitan dengan detailing serta konsep filosophi desain struktur kolom kuat-balok lemah tidak dilaksanakan.
Seiring dengan perkembangan teknologi dalam perencanaan bangunan tahan gempa, telah dikembangkan suatu pendekatan desain alternatif untuk mengurangi resiko kerusakan bangunan akibat gempa, dan mampu mempertahankan integritas komponen struktural dan non-struktural terhadap gempa kuat. Pendekatan desain ini bukan dengan cara memperkuat struktur bangunan, tetapi adalah dengan mereduksi gaya gempa yang bekerja pada bangunan atau menambah suatu sistim pada struktur yang dikhususkan untuk mengabsorb sebagian besar energi gempa yang masuk ke bangunan dan hanya sebagian kecil (sisanya) akan dipikul oleh komponen struktur bangunan itu sendiri. Salah satu konsep pendekatan perencanaan yang telah digunakan banyak orang adalah dengan menggunakan structural control devices seperti base isolation system atau menggunakan energy dissipation passive.
Berikut ini diberikan beberapa jenis bangunan yang sering menggunakan sistem kontrol struktural agar kerusakan bangunan pada peristiwa gempa kuat dapat diminimalisir dan tidak menganggu operasional bangunan tersebut.- Bangunan yang berhubungan dengan fasilitas keadaan darurat (rumah sakit, pembangkit listrik, telekomunikasi, dsb)
- Bangunan dengan komponen atau bahan yang beresiko tinggi terhadap makhluk hidup( fasilitas nuklir, bahan kimia, dsb)
- Bangunan yang berhubungan dengan orang banyak (mall, apartemen, perkantoran, sekolah, dsb)
- Bangunan yang berhubungan dengan pertahanan Negara
- Bangunan yang memiliki komponen dan peralatan elektronik yang mahal
- Bangunan/museum/monumen yang berhubungan dengan sejarah
Dengan menerapkan sistem kontrol pada struktur diharapkan kinerja bangunan dapat masuk pada level kinerja operasional.
0 komentar:
Posting Komentar