Kita tahu bahwa semakin luas laut, maka semakin panjang juga garis pantainya. Dan Itu milik Indonesia. Garis pantai yang menjadi perisai tiap pulau dengan keindahan dan kemilau biru putih perbatasan air dan daratan seperti terlihat di Google Maps. Berapa luasnya? Yang jelas sangat luas, gue lagi enggan cari-cari di google karena ini keluar murni dari otak gue dan apapun hasilnya yang keluar, gue tulis. Karena disini gue ingin bahas pemanfaatannya, bukan luasnya. (ngeles, lagi ga konek pake internet soalnya)
*gue semakin berapi-api menulis ini, karena di sisi lain ada pemain Thailand yang dihadiahi kartu merah, maklum lagi nonton bola* Dan gue yakin Indonesia menang.
Di sebagian besar pantai yang gue datangi justru malah bukan warga Indonesia sendiri yang mendapat prioritas. Gue ga lupa ambil foto-foto dan justru ada kisah ironi dibalik foto yang terjepret itu. Untuk jelasnya lihat dibawah ini.
Pantai Bandengan, Jepara – Jawa Tengah
Kesan orang yang pertama lihat memang keren sih, siapa dulu modelnya. Tuh bule juga senyum-senyum aja deket gue. Untung ga gue tembak, takut ga dibolehin pulang. Pada pengen kan?
Eits, apa yang ada dalam foto ga menjelaskan sepenuhnya apa yang terjadi pada kenyataan. Tau ga abis foto ma tuh bule eh gue malah diusir sama satpam resort. Bukannya kita diusir bareng-bareng kek biar tuh bule bisa gue bawa lari.
Aneh kan? Sebagai WNI yang telah membayar kontribusi menikmati pantai malah diusir tak terhormat.
Jadi, pantai itu buat siapa? Resort? Bule?
Masih di Bandengan, Jepara – Jawa Tengah
(lain waktu dan kesempatan)
Menyenangkan sih memang, tapi dibalik semua itu kita menambah devisa negara dan pendapatan per-kapita atau justru mempertebal kantong swasta? Dan itu swasta asing. Lagi-lagi dijajah.
Baru sadar ketika ya itu tadi diusir satpam resort.
*iklaaaan.. GOOOOOOLLL... INDONESIA* Bener kan insting gue tadi.
Kembali ke pantai, kali ini pantai lokal atau pantai sekitar, sekitar tempat tinggal tepatnya.
Pantai Sigandu, Batang – Jawa Tengah
Disini gue bisa masang tampang sok-sokan karena di wilayah sendiri. Disisi pojokan, belakang, atau samping gue mungkin juga ada orang-orang dengan tingkat kealay-an sedang, lagi pose dengan tampang-tampang serupa. Perhatian! Pose ini jangan dilakukan bagi yang kurang ganteng, soalnya justru bisa bikin emosi orang yang liat. Sukur-sukur kalo cuma dilempar kamera sama yang motoin, nha kalo diambilin duyung dari laut orang se-pantai buat nglempar lo? Bisa puyeng kan.
Eh, tapi tau ga? Tempat dimana gue pose sekarang ini udah jadi lautan. Ya terkena Abrasi, air laut yang menjorok ke daratan. Bisa berbagai faktor. Gue ga mau nerangin satu-satu, soalnya perlu buka buku Rekayasa Lingkungan gue ketika semester 5, dan itu masih ditumpukan.
Keliatan jelas kan beda pantai lokal dan pantai kebarat-baratan?
Masih di pantai lokal, Pantai Slamaran, Pekalongan – Jawa Tengah
(jaman dulu kala sekali pake banget)
Ironis kan liatnya, ada orang cakep dan cantik berpose tapi tapi ada sampah dimana-mana. Ga mungkin juga kan gue ambilin sampah satu-satu biar keliatan bersih. Mungkin cukup satu sampah chiki aja yang gue bawa sendiri, istilahnya sampah pertama harapannya biar orang yang liat juga ngikutin ambil satu sampah terus buang pada tempatnya gitu.
Tapi kenyataannya? Mereka tetep asyik pacaran di pojokan, dibawah pohon cemara.
Berharaplah biar ada angin kenceng terus ngehanyutin tuh sampah2 menggunung jadi satu. Hmmm...
Oke, mari melanglang buana ke timur Indonesia, gue suguhin pemandangan pantai keren, termasuk yang foto juga, yang notabene adalah GUE.
Pantai Senggigi, Lombok – Nusa Tenggara Barat
Sampai di tempat ini tepat waktu sunset, keren memang pemandangan kapal-kapal nelayan yang akan melaut. Namun, berjalan sebentar terlihat kembali pemandangan khas western ato kebule-bulean yaitu cafe-cafe bernuansa Hawaii dengan lagu-lagu reggae dan orang-orang bule. Mbok ya ada masakan padang gitu di pantai kalo pas tiba-tiba pengen pedesnya rendang daging sama kriuknya peyek udang. Jadi laper kan...
Pantai Dreamland – Bali
Oke, no so much comment in this beach!
Gue cukup berpose ganteng dan... liat pemandangan sekitar.
Selengkapnya.. Googling please... ;)
Pantai Tanjung Aan, Lombok – Nusa Tenggara Barat
Masih ada pantai yang memang untuk kita, Warga Negara Indonesia. Pantai yang digadang-gadang adalah pantai terindah nomor wahid di Indonesia, versi pak Presiden SBY.
Masih ada pantai untuk leluasa melompat setinggi-tingginya, bersepakbola sepuasnya, dan berfoto ria sesukanya.
Namun, berjam-jam jarak yang harus ditempuh. Ya 24 jam lebih dengan transportasi darat dan laut
(dari Semarang).
Hanya hitungan jarak jam, peradaban sungguh belum begitu berkembang. Ga menutup kemungkinan juga nantinya pantai-pantai yang begitu eksotis asli milik Indonesia juga kembali mendapat campur tangan pihak asing. Lalu siapa yang harusnya berperan? Ya dimulai dari kita sendiri. Dimana kita harus menghargai alam, terutama pantai. Idealisme untuk menjaganya juga harus dipertahankan.
Pemerintah, jangan hanya asal karena uang dengan begitu mudah melepas kebijakan, dan malah merugikan warga sekitar.
Jangan sampai kita selalu terasing, tersingkirkan, bahkan lagi-lagi dijajah di negeri sendiri.
AYO INDONESIA, BISA!
Dan AYO JELAJAHI PANTAI-PANTAI INDONESIA
*diiringi dengan teriakan dan kegembiraan Indonesia pada gol ke-2 melawan Thailand*
dan dengan hasil akhir Indonesia - Thailand 3-1, Tanda bahwa pelatih pribumi tak kalah dengan pelatih luarnegeri. Justru lebih menjulang prestasinya.
2 komentar:
Masalah usir mengusir, saya pernah diusir 2 kali. Di Pantai Hotel Jeeva Klui, dan di Pantai Hotel Novotel Kuta Lombok. Padahal cuma lewat dan foto2 sebentar -___-
haha.. malah lebih parah kan...
jangan menyerah susuri pantai negeri ;)
Posting Komentar