Phenomenal Engineer

Phenomenal Engineer

Pecundang Pecandu Kecepatan

| Rabu, 25 April 2012
Polisi terus merazia aktivitas geng motor.
Tulisan yang gue baca dari ‘headline’ sebuah berita malam ini di salah satu televisi nasional, yang tercetak agak besar dan tebal dengan huruf Times New Roman di bagian layar paling bawah. Beritanya juga berisi video-video penggambaran aksi geng motor, yang sebenarnya juga aksi konyol menyusuri tiap jengkal jalan dengan kedok adu kecepatan. Selain itu, mereka juga sudah cukup terkenal melalui aksi-aksi brutal di supermarket mini yang terekam di CCTV. Mungkin mereka orang yang bodoh, namun sok brutal biar terlihat sangar. Buktinya otak di tempurung kepala mereka tak pernah memunculkan pemikiran bahwa mending mereka muncul di situs luar negeri pengunduh video berlabel ‘Youtube’, dengan kemampuan menyanyi atau bela diri, daripada dengan sensasi brutal seperti ini.

Bukan prestasi lagi yang mereka torehkan dibalik riuh rantah perjalanan negeri ini dari kebobrokan. Mereka hanya menambahkan daftar panjang macam-macam tindak kejahatan yang makin lama justru membuat rakyat negeri ini memberi hujatan. Selayaknya para pemain sinetron berjilid yang bikin dahi para penontonnya mengeryit, tanpa sebuah konklusi positif atau sebuah antiklimaks yang membahagiakan tanpa jeda iklan, mereka berhasil mempermainkan emosi kami, yang menontonnya melalui berita. Sejak pagi kami bangun dari mimpi yang merupakan bunga tidur, hingga malam kami akan melanjutkan mimpi. Gue rasa, mungkin tayangan berita itu semacam sinetron bergenre baru berkedok penyampaian informasi. Hanya tayangan-tayangan olahraga kala pagi, dengan ‘background’ musik rock agresi, yang cukup memotivasi tanpa kata basi. Do you always think that bad news is good news, huh?

Gue sempet juga berpikir bahwa kenapa tak diboikot saja berita yang memberitakan tentang kebobrokan, kekacauan, yang mungkin dilebih-lebihkan? Kenapa lembaga sensor tidak merambah juga ke jalur pemberitaan yang kini mulai meregenerasi menjadi jalur pempropagandaan, daripada tetap berjalan di tempat, menyeleksi film horor tak layak tonton yang akhirnya tertonton juga? Karena berita-lah yang membentuk moral dan paradigma pemirsanya, yang menonton tiap mereka bangun dan akan tidur. Segala tindak kejahatan dari perampokan, pembunuhan, sampai pemerkosaan dibawah umur sudah menjadi menu sehari-hari. Sudah begitu bobroknya kah negeri yang kita tinggali ini?

Kembali soal geng motor, yang seolah-olah mereka mulai semakin berani. Mengambil habis semua jenis kejahatan untuk mereka lakukan. Kasus terbaru menerangkan bahwa hanya karena diingatkan ketika mereka sedang liar balapan, naluri sok sangar mereka tidak terima hingga akhirnya berakhir pahit dengan pembunuhan. Lalu, di kelompok lain mulai tak terima dan melakukan perbuatan serupa, walaupun entah kata salah seorang dari mereka niat awal mereka berkata untuk tidak sampai ke hal keji seperti itu.

Coba kita bertanya ketika mereka sedang sendirian, sedang nyaman mengendarai kendaraan kesayangan, apakah mental keberaniannya akan sama ketika mereka berramai-ramai? Gue rasa tidak, mungkin mereka justru seperti anak kecil cengeng yang tak lucu yang selalu berlindung di ketiak ibunya. Dan justru sering menangis jika diledek teman-temannya. Mereka tak ubahnya seorang pecundang yang berkedok sebagai pecandu kecepatan biar terkesan sangar. Mereka tak menyadari bahwa nyawa dan kenyamanan begitu berharga, bila dibandingkan perasaan luar biasa ketika membuat kericuhan dan menggeber gas hingga terbang melayang.

Negeri ini bukan komedi, bro!
Gue hanya berharap akan ada pengganti kenegatifan mereka dan bermunculan banyak lagi para geng motor baik yang cinta lingkungan, yang rela mengalah ketika ada yang lebih tua menyeberang, dan tak segan untuk cium tangan orang tua yang telah membesarkan mereka.
Lalu, untuk media pemberitaan yang sering memperkenalkan sepak terjang mereka dan kejahatan lainnya di pagi buta, siang, hingga tengah malam. Ubahlah ‘tagline’ kalian dalam bekerja menjadi ‘NO BAD NEWS, IS GOOD NEWS’. Sounds better, huh? 



0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © 2010 WAKE UP AND SEE